Oleh: Husaini, Pemerhati Lingkungan dan Kebijakan Publik, Tinggal di Desa Pelemgede, Pucakwangi, Pati, Jateng
Selama lebih dari 50 tahun, aktivitas manusia, terutama akibat penggunaan bahan bakar fosil, telah melepaskan sejumlah besar karbon dioksida dan gas rumah kaca lain ke atmosfer. Ini membuat panas terperangkap pada atmosfer yang lebih rendah dan memicu perubahan iklim.
Diantara pengaruh buruk perubahan iklim kepada manusia adalah dalam hal kesehatan. Perubahan iklim bisa memengaruhi faktor determinan kesehatan, seperti udara yang bersih, air yang aman dan sehat, dan produksi makanan.
Beberapa hal lain yang saat ini kita hadapi yang terkait dengan perubahan iklim diantaranya adalah:
1. Panas ekstrem
Suhu udara yang ekstrem berkontribusi pada meningkatnya penyakit pernafasan dan kardiovaskular, terutama pada orang lanjut usia (lansia).
Temperatur yang tinggi juga menaikkan level ozon dan polutan lain di udara yang mempengaruhi penyakit pernapasan. Alergen yang terdapat pada udara (aeroallergen) juga semakin banyak. Hal ini dapat memicu penyakit asma, yang saat ini dialami sekitar 300 juta manusia di dunia.
2. Bencana alam
Secara global, kejadian bencana terkait cuaca telah meningkat tiga kali lipat sejak 1960-an. Setiap tahun, bencana-bencana ini menyebabkan lebih dari 60 ribu kematian, terutama di negara berkembang; termasuk Indonesia.
Naiknya permukaan air laut dan cuaca ekstrem juga dapat menghancurkan bangunan, seperti rumah, sekolah, fasilitas kesehatan, dan infrastruktur lainnya. Berdampak pada kerugian besar bagi negara dan ancaman bagi warga negara terperosok dalam kemiskinan.
3. Berubahnya pola hujan
Karena perubahan iklim, pola hujan juga berubah menjadi tidak menentu. Di beberapa tempat, hal ini menyebabkan kemarau berkepanjangan, yang berdampak pada krisis air untuk konsumsi manusia, hewan ternak, dan juga sektor pertanian.
Di sisi lain, hujan ekstrem bisa tiba-tiba datang dan memicu banjir. Banjir dapat merusak infrakstruktur, hunian, dan juga mengkontaminasi air bersih serta mempertinggi risiko penyakit yang ditularkan memalui air. Menggenangnya air juga membuat serangga pembawa penyakit, misalnya nyamuk, berkembang lebih cepat.
Para pakar memperkirakan, pada akhir abad ke-21, perubahan iklim akan membuat frekwensi dan intensitas kekeringan dan bencana banjir meningkat.