Clakclik.com—Perdebatan mengenai dampak negative dan positif dari bermain video game terhadap anak sudah berlangsung lama. Tapi, tahukan Anda apa yang terjadi pada otak anak ketika ia bermain game?
Berikut hasil penelitian dari National Academy of Sciences, AS, yang dipublikasikan di onlineuniversities.com.
1. Bermain game yang memiliki aktivitas berulang di dalamnya dapat memperkuat koneksi sel-sel otak yang mendasari kemampuan mengingat dan belajar anak.
2. Bermain game dapat mempengaruhi bagian penting dari lobus frontal yang dapat mengubah suasana hati.
3. Permainan yang membutuhkan tindakan nyata dapat mempengaruhi area premotor dan korteks parietal pada otak, yang berfungsi mengontrol gerakan sensorik.
4. Game yang menggunakan logika seperti Tetris dapat mengaktifkan area korteks prefrontal, yang mengontrol pengambilan keputusan.
5. Segera setelah menembakkan senjata dalam video game, aka nada aktivitas lebih banyak di daerah dorsal cortex cingulate anterior, yang mengontrol kognisi dan perencanaan.
6. Ketika bermain game, otak akan menghasilkan dopamine yang terlibat dalam memberi perasaan puas.
7. Area rostral anterior cingulate cortex dan amygdala berfungsi untuk menyelesaikan konflik di dalam otak si pemain pada saat harus bertahan dari situasi kekerasan. Seperti dalam permainan perang.
Selain itu, bermain game saat ini juga sudah menjadi salah satu profesi; pekerjaan yang bisa menghasilkan uang. Oleh karenanya larangan bermain game bagi anak sesungguhnya tidak relevan. Tapi membiarkan anak bermain game tanpa pengawasan dan control orang dewasa adalah tindakan yang tidak tepat.
Menjadi orang tua bijak dengan mengikuti perkembangan jaman adalah tuntutan bagi orang tua di era saat ini, guna menyiapkan anak-anak yang mampu beradaptasi dengan perubahan jaman.
Majalah Intisari | Juli 2015 | Foto: Husaini/Clakclik.com