20
Sun, Apr

Olahraga dan Kebugaran

Ilustrasi / Clakclik.com

Inspirasi
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Olahraga sangat bermanfaat bagi manusia. Meski demikian, kita tentu perlu mengukur kondisi, umur, dan kemampuan tubuh kita untuk berolahraga.

Editorial | Clakclik.com | 15 Juni 2021

Penggemar olahraga terenyak ketika Christian Eriksen, pemain tim sepak bola Denmark, kolaps di tengah pertandingan Piala Eropa 2020 melawan Finlandia.

Di bawah pandangan cemas para penonton, Eriksen dapat diselamatkan lewat resusitasi dan kemudian dilarikan ke rumah sakit. Bersyukur, pada Minggu pagi kondisi Eriksen sudah stabil dan bisa mengirim salam kepada timnya.

Meskipun amat jarang, peristiwa yang berlangsung Sabtu (12/6/2021) di Stadion Parken, Kopenhagen, bukanlah yang pertama. Tahun 2012, bintang Bolton Wanderers, Fabrice Muamba, kolaps saat pertandingan Piala FA melawan Tottenham Hotspur. Muamba selamat setelah tenaga kesehatan berjuang memulihkan detak jantungnya.

Di Indonesia ada Adjie Massaid, anggota DPR dan pemain film, yang juga meninggal seusai bermain sepak bola, tahun 2011. Demikian pula dengan Ashraf Sinclair, pemain film, meninggal tahun 2020 setelah dikabarkan berolahraga berat.

Keempatnya punya kesamaan. Berusia muda, gemar berolahraga, dan menerapkan pola makan sehat. Mereka berada pada puncak kebugaran dan tanpa gejala. Sungguh bukan hal mudah untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi.

Ahli kesehatan yang diwawancarai surat kabar daring dari Inggris, Independent, juga mengatakan bahwa tidak ada satu penyebab yang sungguh bertanggung jawab pada berhentinya detak jantung mendadak pada kasus-kasus di atas. Banyak faktor bisa menjadi pemicu, dari kelainan jantung yang tidak terdeteksi, infeksi virus, terhambatnya aliran darah ke jantung, hingga masalah ”kelistrikan” yang salah mengirim sinyal sehingga jantung gagal memompa darah. Ia sama sekali tidak menyebut olahraga sebagai penyebab.

Hingga saat ini, pelbagai referensi tetap menyebutkan bahwa olahraga sangat bermanfaat bagi manusia. Olahraga tidak hanya menguatkan paru-paru dan jantung, tetapi juga meningkatkan kesehatan mental, rasa percaya diri, dan membangun kebersamaan. Dengan kata lain, olahraga baik untuk fisik dan psikis. Mens sana in corpore sano. Di dalam badan yang sehat, terdapat jiwa yang kuat. Olahraga baik untuk fisik dan psikis.

Meski demikian, kita tentu perlu mengukur kondisi, umur, dan kemampuan tubuh kita untuk berolahraga. Memastikan kondisi tubuh sedang baik, memilih olahraga dan durasinya sesuai kemampuan, serta tidak lupa melakukan pemanasan dan pendinginan menjadi kunci berolahraga yang sehat.

Kenyataan dari banyaknya mereka yang mendaftar untuk mengikuti Borobudur Marathon, misalnya, menunjukkan minat dan kesadaran yang besar dari masyarakat untuk berolahraga. Oleh karena itu, menjadi pekerjaan rumah setiap pemerintah kota menyediakan ruang-ruang publik untuk berolahraga. Apalagi saat pandemi seperti ini, yang membutuhkan kebugaran untuk meningkatkan imunitas.

Kini saatnya Kementerian Pemuda dan Olahraga berperan lebih besar. Mereka sebaiknya tidak sekadar memikirkan atlet, tetapi juga awam dalam menyehatkan masyarakat.

Dilansir dari kompas.id, 14 Juni 2021

 

Sign up via our free email subscription service to receive notifications when new information is available.