Kemana Perginya Sampah Plastik Pertanian

Dalam 10 tahun terakhir, burung pipit memiliki predikat baru disektor pertanian padi. Burung yang awalnya menjadi sahabat petani, berubah dilabeli sebagai hama. Untuk menghalaunya, petani selain harus menambah modal biaya produksi pertaniannya dengan membeli jaring pengaman agar burung tidak bisa menjangkau tanaman padi, petani juga berkreasi dengan membuat aneka hal yang dianggap bisa menghalau burung dengan memanfaatkan plastik: bekas maupun baru.

Salah satu yang populer dijumpai adalah dengan menggunakan plastik aneka warna dipasang diatas tanaman padi dengan menggunakan tali dan atau diberi tiang dari bambu. Plastik dengan beragam ukuran dan aneka warna itu kemudian bergerak-gerak diterpa angin atau digerakkan oleh para petani penjaga padi dengan tujuan agar Burung Pipit takut dan tidak mampir ke sawah mereka.

Plastik yang begitu banyak di lahan pertanian, pada saat dan setelah panen biasanya hilang raib entah kemana. Padahal sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sampah plastik adalah sampah yang berbahaya untuk kesehatan: ya kesehatan tanaman, ya kesehatan manusia.

Baru-baru ini beberapa hasil penelitian di dalam dan diluar negeri menemukan bahwa partikel nano plastik yang dihasilkan dari sampah plastik sudah mencemari aneka hal: tanah, air, ikan dan garam. Partikel nano plastik jika terhirup dan terkonsumsi manusia bisa memicu timbulnya kanker.

Kita tidak ingin petani-petani kita yang masih menjalankan hidup dan pertaniannya secara tradisional, tiba-tiba terpapar penyakit yang modern: kanker.