Sampah Sungai Juwana; Ancaman (yang) Diabaikan

Foto: Clakclik.com

Komunitas
Typography
  • Smaller Small Medium Big Bigger
  • Default Helvetica Segoe Georgia Times

Pati, Clakclik.com—Persoalan sampah di Sungai Juwana hingga saat ini tidak pernah menjadi perhatian pemerintah. Padahal karena sampah, sedimentasi sungai jadi sangat cepat. Belum lagi soal dampak gangguan bagi nelayan tradisional; saat perjalanan menuju laut, baling-baling perahu mendadak mandeg hingga patah gegara tersangkut sampah.

Baca juga: https://www.clakclik.com/identitas/35-komunitas/1722-jampisawan-normalisasi-sungai-juwana-di-pati-tahun-2021-tanpa-sosialisasi

Menurut Jampisawan (Jaringan Masyarakat Peduli Sungai Juwana), pengerukan sungai atau proyek normalisasi Sungai Juwana berpeluang sia-sia disebabkan setahun setelah dikeruk, sungai kembali dangkal karena sedimentasi yang diantaranya disebabkan oleh sampah.

“Di tahun 2019, BBWS Pemali Juwana menganggarkan 40 miliar untuk mengeruk di hilir, namun sama sekali tidak terlihat dampaknya. Tanhu 2020 katanya anggaran pengerukan naik jadi 94 miliar, tapi mana coba hasilnya?,” keluh Supriyono, salah satu pengurus Jampisawan, Minggu (20/6/2021).

Supriyono menambahkan bahwa pengerukan sungai saja tidak cukup untuk menata alur Sungai Juwana. Bahkan menurutnya, jika persoalan sampah tidak tertangani, pengerukan dengan dana miliaran rupiah itu hanya sia-sia. “Buang-buang duit rakyat saja. Apalagi dengar-dengar duitnya dari proyek hutang,” tambah Supriyono.

Pada 2011, Jampisawan pernah membuat estimasi sampah yang berada di Sungai Juwana baik dari sampah rumah tangga, pertanian dan aktivitas pelabuhan mencapai 9.000 kilo gram per hari. Keberadaan sampah tersebut tidak bisa disepelekan karena selain berdampak sedimentasi, gangguan transportasi bagi nelayan tradisional, juga berdampak pada pencemaran lingkungan. (c-hu)